Ada kelegaan sekaligus kekhawatirannya tersendiri ketika Erma Yulihastin melepaskan jabatan sebagai ketua FLP cabang Bogor pada Mei 2009 lalu. Ia lega karena telah berusaha semaksimal mungkin memimpin FLP Bogor meskipun bekerja sebagai peneliti LAPAN yang berkantor di Pasteur, Bandung, sejak awal 2008. “Agak khawatir juga, karena karya teman-teman FLP Bogor secara kualitas dan kuantitas masih minim,” ujar ibu dari Sekar Nabila Inspirana

Selama setahun lebih, setiap bulan Erma ke menuju Bogor untuk berkoordinasi dengan pengurus dan anggota FLP Bogor. “Sekalian pertemuan bulanan. FLP Bogor sementara ini memang cuma bertemu sebulan sekali,” kata alumni ITB jurusan kata alumni ITB jurusan Geofisika dan Meteorologi. Sebelum memimpin FLP Bogor, Erma sempat bergabung dengan FLP cabang Depok pada pertengahan 2006. Selama 6 bulan Erma mengikuti Basic Writing Training angkatan III di Depok. Karena masalah jarak, Erma memutuskan untuk merintis kembali kepengurusan FLP Bogor yang sedang vakum.

Kunjungan ke Bogor juga dimanfaatkan Erma untuk melihat rumahnya di Gunung Putri. “Keadaan juga membuat saya dan suami hidup terpisah. Suami masih di Bogor, sedangkan saya dan anak di Bandung. Tapi, setiap Minggu suami berkumpul bersama kami. Sedangkan saya ke Bogor, sebulan sekali.”

Rencana ke depan, Erma berkeinginan untuk menetap di Bandung. “Tapi, karena suami masih kerja di Bisnis Indonesia, ya kami pisah dulu.” Erma mengaku tidak mengalami kesulitan dalam membina rumah tangga di kota yang berbeda. “Sekarang teknologi sudah canggih. Jam kerja saya dan suami on-line terus. Mau ngobrol apa aja bisa, “ ujar penulis yang baru mengeluarkan buku “La Tahzan for Working Mother”bersama denganteman-teman di FLP ini. (Koko Nata)

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati