Oleh: Denny Prabowo


Karya yang baik tidak hanya menghadirkan cerita, tapi juga sebuah gambar nyata. Lewat tulisannya, penulis harus mampu membuat pembaca, ‘melihat’ apa yang dilihatnya, ‘mendengar’ apa yang didengarnya, ‘mencium bau’ yang diciumnya, ‘mencicipi’ apa yang dimakannya, ‘merasakan’ apa yang dirasakannya. Menghadirkan pernak-pernik pentas dengan kata-kata yang tepat akan membuat pembaca cendrung lebih mudah menerima suasana kejiwaan yang tercermin dalam aksi dan dialog, membuat pembaca terhanyut dan merasa terlibat secara emosi di dalam cerita itu.

Richard Yates dalam karyanya The Easter Parade mampu menghadirkan sebuah adegan di ruang percetakan yang membuat pembaca merasa seolah-oleh melihat, mendengar, mencium, mececap, dan mendengar tempat itu:

Para pekerja tampak bergegas di mana-mana, semua memakai topi yang kaku seperti kopiah, terbuat dari Koran yang dilipat-lipat dengan rapi.


”Mengapa mereka memakai topi kertas, Ayah?” tanya Emily.

”Hmm, mungkin mereka akan menjawab agar rambut mereka tidak terkena tinta, tapi menurut Ayah, mereka memakainya supaya terlihat keren saja.”

Setelah dialog itu, Yates memberikan gambaran ini kepada pembaca:

Mereka memerhatikan pelat halaman logam lengkung yang baru dipasang meluncur di atas rol berjalan, diapit ke tempatnya pada silinder; lalu, setelah terdengar deringan bel, mereka melihat cetakan tersebut menggelinding. Lantai baja yang bergetar di bawah kaki mereka terasa menggelitik, dan kebisingan yang sangat memekakkan telinga membuat mereka tidak bisa bicara; mereka hanya bisa saling mendengar sambil tersenyum, dan Emily menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya. Kertas cetakan berwarna putih meluncur ke berbagai arah melalui mesin-mesin itu, dan Koran yang sudah selesai muncul, menumpuk dengan rapi.

Jeda setelah dialog berupa narasi deskriptif memperkuat adegan dengan sangat jitu. Yates membuat pembaca seakan-akan berada di dalam ruangan percetakan, dengan dering bel, lantai yang bergetar, kaki yang terasa tergelitik. Walaupun novel ini bukan bercerita tentang bisnis percetakan, melainkan tentang dua anak perempuan yang tidak bahagia, adegan ini membentuk sebuah latar belakang yang kuat! []

These icons link to social bookmarking sites where readers can share and discover new web pages.
  • Digg
  • Sphinn
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati